Blog Archive
My Facebook
Thursday, June 16, 2011
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR (KTI)
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan
Oleh :
Anik Sri Mulyani
NIM : 0302.05
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
MALANG
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang cara Menyusui Yang Benar” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Novita Mayasari S. SiT, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Marjati Hamid, S. SiT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Bidan Anik Basuki, yang telah memberikan ijin untuk lokasi penelitian.
Kedua orang tua serta keluargaku, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan, baik berupa materil maupun spirituil, sehingga penulis dapat melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna baik untuk diri kami sendiri maupun pihak lain.
Malang, Oktober 2006
Penulis.
ABSTRAC
Anik Sri Mulyani. 2006. The Relation Between The Knowledge and Mother’s Attitude of The Correct Way of Breasting ini Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Ampeldento Villages Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Scientific Research. Midwifery Academic of Widyagama Husada-Malang. Advisor (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.SiT.
The right way of breasting practice was need to be learnt by every mother, because that is not reflective or instinctive thing, but it is a process. One of the factor was the breast function right now as sexual symbol, female breast was forbidden area and it was ought to be hidden and it was not be exposed. Beside of this factor, the problem that appeared such as: the papilla of breast that’s folded inside, blistered papilla, etc. the lactation professional have found many woman got trouble in breasting technique.
The design of this research used cross sectional survey. The sample was taken from the whole of population, that was all mother who give breast feeding, who and come to Anik Basuki midwife as 45 respondents.
The conclution of this research was the mother knowledge about the way of breasting got correct. Mother’s attitude in the way of breasting were positive. From the chi-square exam there was correlation between knowledge and attitude about the way of correctly breasting and the point of that result 0,000 < 0,05. Therefore, it’ able to b e concluded that Ho refused, it can be presented there was relation between knowledge level with the attitude of mother about the correctly breasting way.
Key Word : Knowledge, Attitude, Mother’s breasting, way of breasting.
ABSTRAK
Anik Sri Mulyani. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Pembimbing : (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.Sit.
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Alasan ketidaksuksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos. Selain faktor diatas, masalah yang muncul seperti: putting susu datar atau terbenam, putting susu lecet, dan lain-lain. Ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui.
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional survey. Sampel diambil dari total populasi, yaitu semua ibu menyusui yang datang di Bidan Anik Basuki sebanyak 45 responden.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar cukup baik, untuk setiap ibu tentang cara menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji tersebut 0,000 nilai ini < = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Menyusui, Cara Menyusui
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Konsep ASI 5
2.2 Konsep Pengetahuan 15
2.3 Konsep Sikap.......................................................................... 21
2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap 28
BAB 3 METODE PENELITIAN 30
3.1 Kerangka Konsep 30
3.2 Desain Penelitian 30
3.3 Hipotesis Penelitian 31
3.4 Populasi, Sampel, dan Sampling 31
3.5 Kriteria Sampel 32
3.6 Variabel Penelitian 32
3.7 Definisi Operasional Variabel 33
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3.9 Teknik Pengumpulan Data 34
3.10 Alat Ukur yang digunakan 35
3.11 Teknik Pengolahan atau Analisa Data 35
3.12 Etika Penelitian 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
4.1 Hasil Penelitian 39
4.2 Pembahasan 46
4.3 Keterbatasan Penelitian 49
BAB 5 PENUTUP 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.7 Definisi Operasional 33
4.1 Distribusi Frekwensi Umur Responden 40
4.2 Ditribusi Frekwensi Pendidikan Responden 40
4.3 Distribusi Frekwensi Pekerjaan Responden 41
4.4 Distribusi Frekwesi Pengetahuan Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 42
4.5 Distribusi Frekwensi Sikap Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 43
4.6 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Siakap Ibu
Tentang Cara Menyusui yang Benar 44
4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test 44
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
Permohonan Ijin Penelitian
2. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian
3. Surat Permohonan menjadi Responden
4. Pengantar Informed Consent
5. Kisi-kisi Kuisioner
6. Kuisioner Penelitian
7. Kunci Jawaban Kuisioner
8. Tabel Uji Validitas
9. Tabel Uji Reliabilitas
10. Tabulasi Data
11. Frequency Tabel
12. Crosstabs
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI ) khususnya ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan program prioritas, karena dampak penggunaan ASI eksklusif terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan balita. Saat ini praktek menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan, menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002 (departemen kesehatan, 2005).
Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal 70an ketika kurang dari 40 % yang memilih ASI, dan pada minggu ke enam setelah melahirkan kurang dari 20 % memberikan ASI kepada bayinya. Alasan ketidak suksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos. Selain faktor di atas masalah yang munncul seperti; puting susu yang terlipat ke dalam, puting susu lecet, dan lain-lain. Ironisnya ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui (Lee, 2006 : 12).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna dimana dalam kolostrum dan air susu ibu terkandung : imunoglobulin, laktoferin, lisosom, faktor bifidus dan faktor antitripsin. ASI juga berguna untuk mengurangi insidens gastroenteritis pada bayi. ASI juga berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dan ibu sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia (Veralis, 2003 : 17).
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik bukan hanya untuk ibu yang pertama kali melahirkan karena biasanya ibu melahirkan anak I tidak memiliki ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan “manusia baru” ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya (Mellyana, 2003 : 28).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan, karena masih rendahnya kesadrana masyarakat terhadap norma hidup sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 128).
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang ASI yang meliputi pengertian ASI, waktu pemberian, jenis ASI, manfaat, keuntungan, cara pemberian ASI, yang dilakukan tanggal 1-30 April 2006 tehadap 10 ibu menyusui 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki diperoleh 60 % (6 orang) ibu yang tidak mengetahui cara menyusui yang, sedangkan 40% (4 orang) ibu yang mengetahui cara menyusui yang benar.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyususi yang benar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
2. Mengidentifikasi sikap ibu tentang cara menyusui bayinya.
3. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan KIE pada pasien tentang cara menyusui yang benar.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi untuk mata kuliah Askeb III khususnya tentang cara menyusui.
1.4.3 Bagi Peneliti
Mengerti dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan, metodologi penelitian, dan biostatistik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan kami bahas tentang : Konsep ASI yang berisi tentang pengertian, manfaat pemberian ASI, fisologi laktasi, cara menyusui yang benar faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI.
2.1 KONSEP ASI
2.1.1 Pengertian
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih mudah bagi bayi untuk mencernanya dan ASI tidak mudah menyebabkan sembelit (Lee, 2006 : 14)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997 : 23).
2.1.2 Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat Bagi Bayi
Dalam ASI terkandung nilai-nilai kompenen yang tidak dapat digantikan oleh susu formula. Misalnya, perlindungan terhadap infeksi, alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang. Ini lebih memudahkan kerja pencernaan serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit. Dengan demikian, bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal (Mellyana, 2003: 69).
2. Manfaat Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dengan menyusui, menurut Mellyana (2003 : 75) :
a) Membantu mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran.Ini karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf kekelenjar hipose di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk bekontraksi.
b) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga bisa langsung diberikan dan selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
c) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
d) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi.
e) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya karena tingkah laku bayi yang menyusu akan menggelitik perasaan ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
f) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.
g) Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi sampai empat bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
h) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian keganasan kanker atau karsinoma payudara dan ovarium / kandung telur.
2.1.3 Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiolgi, menurut Patricia (2006 : 238).
1. Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitari anterior awalnya berperan untuk proses produksi air susu.
2. Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflek keluarnya ASI, yang mencetuskan keluarnya aliran susu.
3. Refleks pengeluaran distrimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga dapat distrimulasi oleh keberadaan bayi itu sendiri atau saat ibu menangis, atau bahkan memikirkan tentang bayi.
4. Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan ibu yang kurang, merasa takut atau rasa malu atau ketidak nyamanan fisik.
5. Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan. Penghambatan yang berulang dari reflek pengeluaran atau kegagalan untuk mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat menurunkan pengeluaran susu.
2.1.4 Cara Menyusui yang Benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamananm bayi menghisap air susu. Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar. Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 43) cara menyusu yang benar :
1. Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui, baik dalam posisi duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring.
2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tangan ibu sehingga menopang bokong seperti berikut ini:
a) Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu garis lurus. Selanjutnya, lekatkan menghadap payudara sehingga dagu bayi menyentuh payudara.
b) Sangga bawah / dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat pada putting, melainkan diluar areola dan tidak menjepit putting susu dengan dua jari.
c) Bayi akan meraih payudara jika lapar. Rangsang mulut bayi pada bagian areola sehingga menimbulkan reflek bayi untuk mencari putting. Mulut akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya, segera lekatkan sehingga lidah mencekap putting dan areola payudara.
d) Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian areola berada dalam mulut bayi dan areola yang tersisa berada diatas mulut bayi.
e) Terlihat isapan lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur
f) Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.
g) Jika ASI yang keluar tampak menetes, susukan bayi selama 10-15 menit/sesuai kebutuhan pada satu payudara sampai terasa kosong. Selanjutnya, pindahkan pada payudara lain dan susukan selam 15-20 menit karena biasanya isapan sudah kurang kuat jika mulai kenyang.
3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari berbagai masalah:
a) Periksa sedini mungkin seandainya ada keluhan yang berkaitan dengan kondisi payudara.
b) Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH yang tepat. Lakukan latihan otot-otot tubuh yang berfungsi menopang payudara serta memperhatikan kebersihan payudara, khususnya daerah putting dan areola.
c) Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar ASI bermutu baik
d) Hindari merokok dan asap rokok.Tidak minum-minuman beralkohol serta kurangi minum kopi, the dan minuman yang mengandung soda.
e) Perhatikan agar pemakaian obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya atas sepengetahuan dokter karena obat-obat tersebut juga akan terdapat dalam ASI.
2.1.5 Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI
1. Faktor dari ibu
Selama masa menyusui, ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 47) faktor yang menghambat pemberian ASI :
1) Putting datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa putting, putting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerja sama yang baik antara ibu dan bayi, ibu akan mengatasi masalah ini.
2) Putting susu lecet
Keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lakir untuk mencegah putting nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal berikut:
a) Oles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sudah menyususi.
b) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
c) Jangan membersihkan putting susu dan daerah areola dengan sabun,alkohol.
d) Posisi menyususi hendaknya bervariasi, jika posisi menyusui selalu sama dapat membuat trauma yang terus menerus ditempat yang sama.
e) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara menekan dagu bayi sampai lepas dari payudara.
Cara mengatasi puting susu lecet:
a) Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyususi dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu. Oles putting susu dengan es beberapa saat, lakukan proses menyususi sampai ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
b) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat, putting susu yang sakit dapat diisyaratkan selam 24 jam.
3) Payudara bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, bayi menyusui secara terjadwal, bayi tidak menyusui dengan kuat posisi menyusui yang salah atau puting susu datar atau terbenam. Cara mengatasinya:
Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase kearah putting hingga payudara teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui putting.
Susukan bayi tanpa jadwal sampai payudar kosong
Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan kesamping, kebawah dengan sedikit tekanan keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payuara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar
Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari,meskipun bayi harus dibangunkan.
4) Saluran Susu tersumbat
Keadaan ini timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,pemakaian penyokong payudar yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Payudar dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
5) Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh ibu meningkat, kadang-kadang disertai menggigil. Biasanya kejadian ini terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Cara mengatasinya: dengan berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan obat penghilang rasa sakit
Mastitis yang terlambat diobati dapat berlanjut menjadi abses, ibu tampak kesakitaan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Untuk mengatasinya ibu harus segera kedokter, sementara itu ibu berhenti menyususi pada payudara yang mengalami abses tersebut dan bayi dapat terus menyusui pada payudara yang sehat.
6) Sindrom ASI kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak cukup untuk kebutuhan bayinya. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh ibu yang mengalami sindrom kurang ASI:
Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu memproduksi ASI. Besar kecilnya payudara ditentukan oleh jaringat ikat dan jaringan lemak.
Kekentalan ASI tampak berubah,sebenernya kekentalan ASI bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan bayi.
Payudara tampak mengecil, lembek dan ASI tidak menetes lagi .
Bayi sering menangis diduga kekurangan ASI. Sebenarnya, banyak penyebab bayi menangis.
Bayi lebih sering minta disusukan. Sebenarnya saat menyusui bayi juga mendapatkan belaian, kehangatan dan kasih sayang, tidak sekedar minum.
2 Faktor bayi
1) Bayi bingung putting
Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalm botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Ibu yang menyusui bayinya dengan botol dan dot beralasan produk ASI-nya berkurang atau ibu sakit. Berikut tanda-tanda bingung puting :
Bayi mengisap puting seperti menghisap botol
Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus
Bayi menolak menyusu pada ibu
Untuk mencegah bingung puting lakukan langkah-langkah :
Usahakan agar bayi menyusu pada ibu
Lakukan cara menyusui yang benar
Lakukan proses menyusui yang sering
2) Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi menangis pasti ada sebabnya. Mungkin karena lapar, takut, kasepian, bosan, popok basah, atau sakit. Jika kondisi ini terjadi, segera ambil tindakan yang tepat. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi dangan cara menyusui bayi dengan teknik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan.
3) Bayi enggan menyusu
Bayi perlu dapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu : terutama jika bayi muntah, diare, mangantuk, kuning dan kejang-kejang. Berikut ini beberapa penyebab bayi enggan menyusu :
Hidung tertutup lendir / ingus karena pilek sehingga sulit untuk menghisap, bernafas.
Bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk menghisap.
Terlambat dimulainya menyusu.
Bayi ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja.
Berikut beberapa penanggulangan yang dapat dilakukan pada bayi yang enggan menyusu :
Apabila bayi pilek, ibu ajarkan cara membersihkan lubang hidung.
Berikan pengobatan jika mulut bayi sariawan.
Berikan kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat atau ciri bayinya.
Lakukan teknik menyusui yang benar.
4) Ikterus ada neonatus
Pada ikterus, kulit bewarna kekuningan sampai kuning tergantung pada kadar bilirubinnya. Ikterus pada neonatus bersifat fisiologi dan patologis. Ikterus fisiologis tidak berbaya bagi bayi. Biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat berusia kira-kira 7-10 hari. Pada keadaan ini, bayi mengalami kekuningan yang disebabkan pada minggu terakhirmasa kehamilan janin mambentuk eritrosit akstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigan. Setelah bayi lahir, bayi dapat menghirup udara dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat dipenuhi. Sementara eritrosit yang berlebihan rusak.Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat disebabkan oleh kerusakan mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal. Ikterus patologi terjadi apda 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat terjadi karena suatu infeksi atau terkena intoksikasi obat, misalnya preparat sulfa yang diberikan pada ibu.
2.2 KONSEP PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2003 : 3).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003 128) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut.
Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005 : 10) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk me peroleh kebenaran m pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi ataupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang umum kepada khusus.
Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003: 24) ada enam faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :
Usia.
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga dari pengalaman sendiri.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan akan berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.
Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
Pekerjaan.
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi dan pengalaman.
Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka pengetahuannya akan lebih luas pula.
6. Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah perilakunya.
7. Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi baru.
8. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997) bahwa kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia.
2.2.5 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (1998 : 54 ) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.
2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55%.
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
KONSEP SIKAP
2.3.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003 : 130)
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun, 1999 : 218)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. (Purwanto, 1999 : 62)
2.3.2 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003 : 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap.
Menurut Syaifudin Azwar (2003 : 112) sikap seseorang dipengaruhi oleh :
Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang positif ataukah sikap negatif, akan bergantung pada berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebook (1974 dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.
Pengaruh orang yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap penting oleh individu, diantaranya adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar dalam kehidupan heterososial, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin kita mempunyai sikap yang negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner, kepribadian tidak lain merupakan pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita alami (Hergenhahn, 1982; yang dikutip Azwar, 2003). Artinya kita memiliki sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bahkan untuk sikap dan perilaku yang lain. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompoknya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga-lembaga ini sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
Pengaruh Faktor emosional
Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang telah persisten dan tahan lama.
Menurut Purwanto (1999 : 66) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pertama faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan faktor dari luar manusia yaitu :
1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap dibentuk.
2.3.4 Pembentukan Sikap
Menurut Purwanto (1999 : 65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara :
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut dapat dibentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
4. Trauma
Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
2.3.5 Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (1995 :140) pengukuran sikap model likert:
Sikap likert dikenal dengan Summated rating methode. Dalam menciptakan alat ukur linert juga menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban yang dikemukakan oleh linkert :
Sangat setuju (strangly approve)
Setuju (approve)
Tidak mempunyai standart (undecide)
Tidak setuju (disapprove)
Sangat tidak setuju (strangly disapprove)
Nilai untuk masing-masing pernyataan dan seseorang sangat setuju terhadap pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh skore 5. Sebaliknya bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang yang bersangkutan sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap demikian sebaliknya. Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skore yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
Skore individu pada skala sikap yang merupakan skore sikapnya adalah jumlah skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala Kemudian rata – rata (mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji positif atau negatif salah satu standart yang bisa digunakan untuk menginterpretasi skala model likert adalah skore T yaitu:
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2 Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 128).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah ibu yang menyusui dilihat dari tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dengan kriteria baik, cukup baik, kurang baik maupun tidak baik, sikap ibu dalam menyusui bayinya dapat diketahui sikap positif dan negatif. Kemudian diteliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain analisis korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional survey yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005 : 26). Pada penelitian ini menganalisa antara hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Hipotesa
Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi
Populasi menurut Notoatmodjo (2005 : 79) adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di Bidan Praktek Swasta Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis berjumlah 45 orang pada bulan September 2006.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Notoatmodjo (2005 : 80) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi yaitu seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis selama penelitian pada bulan September 2006 berjumlah 45 orang.
s3.4.2 Sampling
Sampling menurut Arikunto (2001 : 104) adalah suatu proses dalam menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini menggunakan Accidental sampling.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan.
Ibu yang bisa membaca dan menulis.
Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden.
Kriteria Eksklusi
Ibu Menyusui yang sedang sakit
Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variable independent dan variable dependent (Notoadmodjo, 2005 : 70 ).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh orang lain ( Nursalam, 2003 : 106 )
Tabel Definisi Operasional
NO
VARIABEL
DEFINISI
OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
Pengetahuan
Kemampuan ibu dalam menjawab butir-butir pertanyaan dalam kuisioner yang meliputi : pengertian, waktu pemberian ASI, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan,cara menyusui, posisi dalam menyusui.
Kuesioner dalam bentuk multiple choice
Ordinal
baik (76%-100%) cukup (56-75%) kurang (40-55%) tidak baik (40%).
NO
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
2.
Sikap
Respon ibu tentang cara menyusui yang benar yang diungkapkan dengan persetujuan dalam pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner.
Kuesioner dalam bentuk skala sikap
Nominal
- Favorable atau relative positif. bila T > mean T
- Unfavorable atau relative negative bila T < mean T.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13-20 September 2006.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu :
3.9.1 Data Primer
Peneliti memberikan surat izin pengambilan data dari kampus kepada bidan Anik Basuki, setelah mendapat persetujuan dari bidan Anik Basuki dilakukan pengambilan data pada tiap sampel dengan teknik sampling yang telah ditentukan Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan kuisioner pada responden ibu menyusui, selama pengambilan data peneliti mendampingi ibu untuk mengisi kuisioner yang telah diberikan. Peneliti mengambil data 5 kali untuk mencapai sampel, setiap kali mengambil data peniliti memperoleh 9 responden. Kemudian peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah terkumpul, dan melakukan pengolahan data.
3.9.2 Data Sekunder
Data diperoleh dari register di Bidan Praktek Swasta Ny, Anik Basuki yaitu data ibu menyusui pada periode 13 – 20 oktober 2006.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Karena kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti, maka sebelum digunakan untuk pengambilan data dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument.
Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu dengan cara
3.11.1 Editing : Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Jika terdapat kuisioner yang belum dapat terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih kosong.
3.11.2 Koding : Setelah semua data pada kuisioner pengetahuan terkumpul, peneliti memberi tanda pada jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0.
Sedangkan pada kuisioner sikap, peneliti memberi nilai sebagai berikut:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
3.11.3 Transfering : Memindahkan data yang sudah diisi oleh responden kedalam master sheet dalam tabel yang telah ditentukan.
3.11.4 Tabulating : Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan dalam persentase,kemudian menghitung pengetahuan dengan menggunakan rumus :
P =
Keterangan :
P : prosentase hasil
n : skor yang didapat
N : jumlah skor yang maksimal
Untuk mengukur sikap digunakan perhitungan tingkat sikap dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya
3.11.5 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya. Analisis secara diskriptif dilakukan dengan melihat persentase dan tabulasi silang antara variabel yang berhubungan. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang aborsi menggunakan rumus Chi-Square. Diolah dengan program SPSS for Windows versi 10.
3.12 Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006. Peneliti datang ketempat pengambilan data dan mengambil responden sebanyak 45 orang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada pihak Bidan Anik Basuki melalui surat permohonan dari institusi untuk mendapatkan persetujuan. Setelah syarat-syarat administratif tersebut telah terpenuhi, peneliti baru melaksanakn penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan tidak akan membukanya kepada orang lain. Dalam pengambilan data ini, data diambil secara nyata dan tidak mengada-ada dan ditulis secara jujur sesuai dengan data yang terdapat di Bidan Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang dilaksanakan pada 13- 20 September 2006 pada 45 responden. Hasil penelitian ini akan dibagi dalam 2 bagian, yaitu 1) data umum dan 2) data khusus.
Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Data khusus meliputi hasil penelitian yang dimasukka dalam distribusi frekuensi dan interpretasi data antara variabel independen dengan dependen untuk mengetahui hubungan antara variabel.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
a) Umur Responden
Data mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Usia
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
20 – 28
29 – 37
38 – 46
19
14
12
42,2
31,1
26,7
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden berusia antara 20 – 28 tahun, yaitu sebanyak 19 responden (42,2%)
b) Pendidikan
Data mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
SD
SMP
SMA
19
15
11
42,2
33,3
24,4
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai latar belakang pendidikan SD yaitu 19 orang (42,2%).
c) Pekerjaan
Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Lama Menjadi Kader
Frekuensi
Prosentase
1
2
3.
4
Ibu Rumah Tangga
Tani
Wiraswasta
Buruh
17
14
8
6
37,8
31,1
17,8
13,3
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu 17 orang ( 37,8 % ).
4.1.2 Data Khusus
a) Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data hasil penelitian memuat data yang mengandung variabel-variabel penelitian yang meliputi data pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui yang Benar Di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
17
13
0
33,3
37,8
28,9
0
Total
45
100
Interpretasi Data
Sebagian besar menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup baik sebanyak 17 responden (37,8%). Dari hasil penelitian tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang cara menyusui yang benar.
b) Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
Positif
Negatif
25
20
55,6
44,4
Total
45
100
Interpretasi Data
Dari tabel 4.5 diatas tampak bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar sebanyak 25 responden (55,6%).
c) Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
Pengetahuan
Sikap
Total
Positif
Negatif
f
%
f
%
f
%
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
10
0
0
8,3
9,4
0
0
0
7
13
0
6,7
7,6
5,8
0
15
17
13
0
15
17
13
0
Total
25
25
20
20
45
45
Interpretasi Data :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yaitu 15 responden (8,3%).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test Dengan Menggunakan SPSS Versi 10 For Windows pada Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
Value
df
Asymp-Sig
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
28,324a
2
0,000
Dari tabel 4.7 diatas didapatkan x2 hitung = 28,324a, x2 tabel = 5,99 value yang ditemukan 0,000 yang berarti lebih kecil dari = 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
4.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian mengenai pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui serta hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui.
4.2.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui
Berdasarkan hasil analisa data, secara umum pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar, responden yang masuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 33,3 %, cukup baik sebanyak 37,8 %.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang cara menyusui di Desa Ampeldento yang paling banyak adalah pengetahuan cukup baik 37,8%. Dari kenyataan tersebut menunjukan bahwa ibu menyusui mampu mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi tentang cara menyusui yang benar yang meliputi pengertian, waktu pemberian, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan, cara menyusui. Dalam hal ini ibu menyusui yang berpengetahuan cukup baik lebih mendominasi dikarenakan 37,8 % responden berusia 20 - 28 tahun. Faktor usia inilah yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003 : 24) yaitu dengan bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya akan semakin berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya. Seperti yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh dari generasi sebelumnya salah satunya orang tua. Dalam hal ini pendidikan yang dimiliki oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui karena semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki orang tua sehingga pengetahuan yang dapat ditularkan kepada generasi selanjutnya juga semakin banyak.
Akan tetapi pada kenyataanya masih ada remaja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 28,9%. Hal ini dikarenakan 28,9% sebagian besar 42,2% ibu-ibu berpendidikan SD dan hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan SMA yaitu 24,4% hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003 : 24) yaitu dengan pendidikan yang ditempuh maka tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah pengetahuannya tidak sebaik yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Sikap ibu tentang cara menyusui
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang didapatkan bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar adalah 55,6% sedangkan yang mempunyai sikap negatif adalah 44,4%. Sebagian besar ibu-ibu memiliki sikap yang positif dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan favorable tentang cara menyusui yang benar dan waktu menyusui yang tepat bagi bayi.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertindak atau menerapkan konsep teori yang didapat pada kondisi yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Purwanto (1999 : 66) bahwa attitude diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tadi.
Akan tetapi ibu menyusui yang bersikap negatif juga masih besar yaitu 44,4 %, dikarenakan faktor yang mempengaruhi sikap negatif pada umumnya dikarenakan adanya perubahan sikap ibu menyusui yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (2003 : 112) bahwa faktor yang mempengaruhi sikap salah satunya pengalaman pribadi apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sehubungan dengan hal itu mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. Karena sebagian besar ibu berusia 20 – 28 tahun sebanyak 42,2%.
4.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang cara menyusui
Pada hasil analisa data hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai signifikan 0,001, dimana angka ini kurang dari batas signifikan yaitu α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento.
Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar ini dibuktikan dengan ibu menyusui yang mempunyai kriteria baik dan cukup baik cenderung lebih mempunyai sikap yang positif dibanding sikap negatif (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui dengan kriteria baik dan cukup baik akan mempengaruhi sikap mereka yang cenderung lebih positif tentang cara menyusui yang benar.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 24) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, oleh karena itu sangat penting untuk memberikan penyuluhan ataupun konseling sehingga dengan pengetahuan yang cukup ataupun kurang tersebut. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar, 2003 : 112).
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun yang dikarenakan oleh hal lain seperti keterbatasan waktu penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
Alat ukur
Belum ada alat ukur yang terstandart sehingga penelitian ini masih menggunakan alat ukur sendiri. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang hanya diuji satu kali, karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih dari satu kali pengujian.
Jumlah sampel
Penelitian mengambil sampel di BPS Ny. Anik Basuki di Desa Apeldento sebanyak 45 ibu menyusui. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya sampel yang diambil diharapkan lebih banyak lagi, karena semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih baik lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
5.1.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar adalah cukup baik
5.1.2 Sikap ibu tentang cara menyusui yang benar adalah positif.
5.1.3 Dari hasil hubungan pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yang memiliki sikap positif dan negatif. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji korelasi Chi Square pada penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar didapatkan X2hitung lebih besar dari X2tabel yang berarti bahwa H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang cara menyusui yang benar.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya dapat memberikan informasi yang berkelanjutan kepada ibu –ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar. Informasi dapat diberikan melalui penyampaian materi pada saat ada pertemuan PKK ataupun kesempatan lain yang memungkinkan.
5.2.2 Bagi Peneliti yang lain
Peneliti lain yang tertarik dengan pokok bahasan ini diberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan hasil penelitian ini yaitu hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
5.2.3 Bagi profesi kebidanan
Dari hasil ini supaya dapat dijadikan masukan untuk seluruh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar dalam hal meningkatkan mutu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke 12. Edisi Revisi V. Jakarta, Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (1998). Perilaku Manusia Untuk Keperawatn. Jakarta, EGC.
Depkes RI. (1998). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta, Direktorat Bina kesehatan Kesehatan.
Huliana, Mellyana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta , Puspa Swara.
Ladewig, Patricia. (2006). Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta , EGC.
Lee, Kerrie. (2006). Segala Suatu Tentang Payudara. Jakarta, Arcan.
Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta, CV Sagung Seto.
Soetiningsih . (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta, EGC.
Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi 3. Jakarta, EGC.
Widayatun, Tri Rusmi.. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.
WWW. By Pusat Data Dan Informasi @ Departemen kesehatan 2005. Com
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
Malang Oktober 2006
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku Bidan Anik Basuki menyatakan bahwa mahasiswa Akbid Widyagama Husada Malang :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
Diizinkan untuk mengambil data pada bulan September 2006 BPS Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Demikian surat keterangan kami buat dengan sebenar-benarnya.
Bidan Pimpinan
BPS Ny. Anik Basuki
Lampiran 4
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
( Informed Consent )
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat informasi tetang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya bersedia/ tidak bersedia *).
Untuk berperan serta sebagai responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian hari.
Malang,
Yang bersangkutan
(Responden)
Ket :
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Mahasiswa Akademi Kebidanan Widya Gama Husada Malang
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar “
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dengan mengisi kuisioner yang akan kami berikan cara memilih salah satu pertanyaan yang benar dan jawaban dari ibu-ibu akan kami jaga kerahasiaanya.
Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Demikian permohonan ini kami buat, atas parhatiannya dan kesediaanya kami sampaikan terima kasih.
Hormat Saya
(Anik Sri Mulyani )
Lampiran 5
KISI-KISI
KUISIONER PENELITIAN
NO
VARIABEL
KONSEP/KATEGORI
NO. ITEM
1
Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
2. Waktu Pemberian
3. Jenis ASI
4. Warna Kolostrum
5. Manfaat
6. Keuntungan
7. Cara menyusui
8. Posisi dalam menyusui
9. Cara mengatasi
permasalahan
1, 2
3, 6, 7, 11
4
5
8, 10
9
13, 16
14
18
2.
Sikap
Favorable
Unfavorable
1, 2, 4, 7, 8, 9
3, 5, 6, 10
Lampiran 7
KUNCI JAWABAN KUISIONER
TINGKAT PENGETAHUAN
Kuisioner B
No Soal
Kunci Jawaban
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
C
Lampiran 6
Kuisioner Penelitian
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
DATA UMUM
Kode Responden :
Nama Ibu :
Umur : Tahun
Alamat :
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah Tamat SMP
Tidak tamat SD Tamat SMA
Tamat SD Perguruan Tinggi
Pekerjaan Ibu
IRT PNS
Petani/Buruh Lain-lain
Wiraswasta
Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini :
PENGETAHUAN
Kepanjangan dari ASI adalah
Air Susu Ibu
Air yang keluar dari payudara
Tidak tahu
Apa yang dimaksud dengan ASI
Makanan paling baik bagi bayi
ASI untuk pertumbuhan bayi
ASI meningkatkan kecerdasan
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia
0-6 bulan
4 bulan saja
> 6 bulan
ASI yang pertama kali keluar disebut
Kolostrum
ASI basi
Kotoran
Warna dari kolostrum adalah
Putih
Kuning-kekuningan
Merah
ASI diberikan pada waktu
Segera setelah lahir
2 jam setelah bayi lahir
3 jam setelah bayi lahir
ASI diberikan setiap
2 jam sekali
3 jam sekali
4 jam sekali
Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi
ASI sebagai nutrisi dan meningkatkan kecerdasan
Makanan Tambahan
Menghindari bayi dari kegemukan
Kelebihan ASI dibanding susu lain
Suhunya cocok untuk bayi
Mengandung gizi yang tinggi
Menambah berat badan bayi
Apakah Manfaat dari kolostrum
Untuk kekebalan pada bayi
Menjaga keseimbangan tubuh bayi
Menambah berat badan bayi
Bila bayi tertidur, pada jadwal pemberian ASI maka ibu
Membangunkan bayi
Membiarkan
Bayi disusui jika bangun
Cara menyusui bayi yaitu dengan
Memberikan ASI secara bergantian payudara kanan dan kiri
Kanan saja
Kiri saja
Posisi menyusui yang benar adalah
Dengan setengah duduk bayi dipangku
Tidur
Berdiri
Untuk mencegah lecet dan nyeri sebaiknya tindakan kita:
Oles putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui
Menggunakan BH yang terlalu ketat
Putting dibersihkan dengan sabun
Berapa lama ASI disusukan :
10 – 15 menit
5 – 10 menit
10 – 15 menit atau sesuai kebutuhan pada payudara
Kuisioner C
Petunjuk Menjawab
Baca pertanyaan dengan benar dan teliti
Berilah tanda ( √ ) pada kolom disebelah kanan pertanyaan yang sesuai dengan pendapat anda
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu – Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
Menyusui dilakukan setiap 2 jam sekali.
Segera setelah lahi, bayi langsung disusui.
Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi tidur.
Menyusui bayi dengan cara bergantian payudara kanan dan kiri.
Setelah menyusui bayi terus menangis, ibu memberikan makanan tambahan.
Jika putting susu sakit pada saat menyusui maka ibu tidak akan menyusui bayinya lagi.
Jika bayi diare maka pemberian ASI diteruskan.
Ibu selalu membersihkan payudara jika akan disusui dan setelah menyusui
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
Cara membersihkan payudara yaitu dengan sabun setiap kali mandi.
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
IBU TENTANG CARA MENYUSUI YANG BENAR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Tinggi Diploma III Kebidanan
Oleh :
Anik Sri Mulyani
NIM : 0302.05
AKADEMI KEBIDANAN WIDYAGAMA HUSADA MALANG
MALANG
2006
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah judul “Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang cara Menyusui Yang Benar” sebagai salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan kuliah Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Yuliyanik, S. KM, selaku Direktur Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang.
Novita Mayasari S. SiT, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Marjati Hamid, S. SiT, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya Karya Tulis ini.
Bidan Anik Basuki, yang telah memberikan ijin untuk lokasi penelitian.
Kedua orang tua serta keluargaku, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan, baik berupa materil maupun spirituil, sehingga penulis dapat melaksanakan pendidikan di Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Rekan-rekan mahasiswa Akademi Kebidanan Widyagama Husada-Malang dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna baik untuk diri kami sendiri maupun pihak lain.
Malang, Oktober 2006
Penulis.
ABSTRAC
Anik Sri Mulyani. 2006. The Relation Between The Knowledge and Mother’s Attitude of The Correct Way of Breasting ini Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Ampeldento Villages Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Scientific Research. Midwifery Academic of Widyagama Husada-Malang. Advisor (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.SiT.
The right way of breasting practice was need to be learnt by every mother, because that is not reflective or instinctive thing, but it is a process. One of the factor was the breast function right now as sexual symbol, female breast was forbidden area and it was ought to be hidden and it was not be exposed. Beside of this factor, the problem that appeared such as: the papilla of breast that’s folded inside, blistered papilla, etc. the lactation professional have found many woman got trouble in breasting technique.
The design of this research used cross sectional survey. The sample was taken from the whole of population, that was all mother who give breast feeding, who and come to Anik Basuki midwife as 45 respondents.
The conclution of this research was the mother knowledge about the way of breasting got correct. Mother’s attitude in the way of breasting were positive. From the chi-square exam there was correlation between knowledge and attitude about the way of correctly breasting and the point of that result 0,000 < 0,05. Therefore, it’ able to b e concluded that Ho refused, it can be presented there was relation between knowledge level with the attitude of mother about the correctly breasting way.
Key Word : Knowledge, Attitude, Mother’s breasting, way of breasting.
ABSTRAK
Anik Sri Mulyani. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, Karya Tulis Ilmiah. Akademi Kebidanan Widyagama Husada Malang. Pembimbing : (1) Novita Mayasari, S.SiT, (2) Marjati Hamid, S.Sit.
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Alasan ketidaksuksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos. Selain faktor diatas, masalah yang muncul seperti: putting susu datar atau terbenam, putting susu lecet, dan lain-lain. Ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui.
Desain atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional survey. Sampel diambil dari total populasi, yaitu semua ibu menyusui yang datang di Bidan Anik Basuki sebanyak 45 responden.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar cukup baik, untuk setiap ibu tentang cara menyusui yang benar sebagian besar positif. Dari hasil uji Chi-Square ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang cara menyusui yang benar dan nilai uji tersebut 0,000 nilai ini < = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang dapat diartikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Menyusui, Cara Menyusui
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
KATA PENGANTAR iv
ABSTRACT vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Konsep ASI 5
2.2 Konsep Pengetahuan 15
2.3 Konsep Sikap.......................................................................... 21
2.4 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap 28
BAB 3 METODE PENELITIAN 30
3.1 Kerangka Konsep 30
3.2 Desain Penelitian 30
3.3 Hipotesis Penelitian 31
3.4 Populasi, Sampel, dan Sampling 31
3.5 Kriteria Sampel 32
3.6 Variabel Penelitian 32
3.7 Definisi Operasional Variabel 33
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian 34
3.9 Teknik Pengumpulan Data 34
3.10 Alat Ukur yang digunakan 35
3.11 Teknik Pengolahan atau Analisa Data 35
3.12 Etika Penelitian 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39
4.1 Hasil Penelitian 39
4.2 Pembahasan 46
4.3 Keterbatasan Penelitian 49
BAB 5 PENUTUP 50
5.1 Kesimpulan 50
5.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.7 Definisi Operasional 33
4.1 Distribusi Frekwensi Umur Responden 40
4.2 Ditribusi Frekwensi Pendidikan Responden 40
4.3 Distribusi Frekwensi Pekerjaan Responden 41
4.4 Distribusi Frekwesi Pengetahuan Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 42
4.5 Distribusi Frekwensi Sikap Ibu Tentang Cara
Menyusui yang Benar 43
4.6 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Siakap Ibu
Tentang Cara Menyusui yang Benar 44
4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test 44
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual 30
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
Permohonan Ijin Penelitian
2. Surat Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian
3. Surat Permohonan menjadi Responden
4. Pengantar Informed Consent
5. Kisi-kisi Kuisioner
6. Kuisioner Penelitian
7. Kunci Jawaban Kuisioner
8. Tabel Uji Validitas
9. Tabel Uji Reliabilitas
10. Tabulasi Data
11. Frequency Tabel
12. Crosstabs
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program peningkatan penggunaan ASI (PP-ASI ) khususnya ASI eksklusif selama 6 bulan merupakan program prioritas, karena dampak penggunaan ASI eksklusif terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan balita. Saat ini praktek menyusui di Indonesia cukup memprihatinkan, menurut SDKI tahun 1997 dan 2002, lebih dari 95% ibu pernah menyusui bayinya, namun yang menyusui dalam 1 jam pertama cenderung menurun dari 8% pada tahun 1997 menjadi 3,7% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 4 bulan sedikit meningkat dari 52% tahun 1997 menjadi 55,1% pada tahun 2002. Cakupan ASI eksklusif 6 bulan menurun dari 42,4% tahun 1997 menjadi 39,5% pada tahun 2002. Sementara itu penggunaan susu formula justru meningkat lebih dari 3 kali lipat selama 5 tahun dari 10,8% tahun 1997 menjadi 32,5 % pada tahun 2002 (departemen kesehatan, 2005).
Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal 70an ketika kurang dari 40 % yang memilih ASI, dan pada minggu ke enam setelah melahirkan kurang dari 20 % memberikan ASI kepada bayinya. Alasan ketidak suksesan memberi ASI telah dipelajari, salah satu faktor dikarenakan fungsi payudara di masa sekarang ini sebagai simbolis seksual, bahwa payudara adalah zona terlarang dan harus disembunyikan dan tidak boleh diekspos. Selain faktor di atas masalah yang munncul seperti; puting susu yang terlipat ke dalam, puting susu lecet, dan lain-lain. Ironisnya ahli laktasi menemukan banyak wanita mengalami masalah dalam teknik menyusui (Lee, 2006 : 12).
Bagi bayi ASI merupakan makanan yang paling sempurna dimana dalam kolostrum dan air susu ibu terkandung : imunoglobulin, laktoferin, lisosom, faktor bifidus dan faktor antitripsin. ASI juga berguna untuk mengurangi insidens gastroenteritis pada bayi. ASI juga berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. ASI mengandung zat untuk perkembangan kecerdasan, kekebalan dan dapat menjalin hubungan cinta kasih antara bayi dan ibu sekaligus meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia (Veralis, 2003 : 17).
Praktek cara menyusui yang baik dan benar perlu dipelajari oleh setiap ibu karena menyusui itu sendiri bukan suatu hal yang reflektif atau instingtif, tetapi merupakan suatu proses. Proses belajar yang baik bukan hanya untuk ibu yang pertama kali melahirkan karena biasanya ibu melahirkan anak I tidak memiliki ketrampilan menyusui yang benar. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan “manusia baru” ini agar dapat sukses dalam memberikan yang terbaik bagi bayinya (Mellyana, 2003 : 28).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat itu sendiri terhadap kesehatan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap maupun tindakan sehari-hari. Perilaku tersebut merupakan suatu pernyataan bahwa rendahnya cakupan program kesehatan, karena masih rendahnya kesadrana masyarakat terhadap norma hidup sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 : 128).
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara tentang ASI yang meliputi pengertian ASI, waktu pemberian, jenis ASI, manfaat, keuntungan, cara pemberian ASI, yang dilakukan tanggal 1-30 April 2006 tehadap 10 ibu menyusui 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki diperoleh 60 % (6 orang) ibu yang tidak mengetahui cara menyusui yang, sedangkan 40% (4 orang) ibu yang mengetahui cara menyusui yang benar.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu “Adakah Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyususi yang benar?”.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
2. Mengidentifikasi sikap ibu tentang cara menyusui bayinya.
3. Menganalisa hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan KIE pada pasien tentang cara menyusui yang benar.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi untuk mata kuliah Askeb III khususnya tentang cara menyusui.
1.4.3 Bagi Peneliti
Mengerti dan menambah wawasan serta pengalaman dalam menerapkan ilmu kebidanan, metodologi penelitian, dan biostatistik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan kami bahas tentang : Konsep ASI yang berisi tentang pengertian, manfaat pemberian ASI, fisologi laktasi, cara menyusui yang benar faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI.
2.1 KONSEP ASI
2.1.1 Pengertian
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih mudah bagi bayi untuk mencernanya dan ASI tidak mudah menyebabkan sembelit (Lee, 2006 : 14)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997 : 23).
2.1.2 Manfaat Pemberian ASI
1. Manfaat Bagi Bayi
Dalam ASI terkandung nilai-nilai kompenen yang tidak dapat digantikan oleh susu formula. Misalnya, perlindungan terhadap infeksi, alergi dan merangsang sistem kekebalan tubuh bayi. Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang. Ini lebih memudahkan kerja pencernaan serta mengurangi timbulnya gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit. Dengan demikian, bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan yang ideal (Mellyana, 2003: 69).
2. Manfaat Bagi Ibu
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa manfaat yang diperoleh dengan menyusui, menurut Mellyana (2003 : 75) :
a) Membantu mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula dan mengurangi perdarahan setelah kelahiran.Ini karena isapan bayi pada payudara dilanjutkan melalui saraf kekelenjar hipose di otak yang mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin selain bekerja untuk mengontraksikan saluran ASI pada kelenjar air susu juga merangsang rahim untuk bekontraksi.
b) Bagi ibu, pemberian ASI mudah karena tersedia dalam keadaan segar dengan suhu yang sesuai sehingga bisa langsung diberikan dan selalu siap jika diperlukan pada malam hari.
c) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.
d) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak mudah terkena infeksi.
e) Memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang berhasil menyusui bayinya karena tingkah laku bayi yang menyusu akan menggelitik perasaan ibu dalam memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak.
f) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan mempercepat seorang ibu kehilangan lemak yang ditimbun selama kehamilan.
g) Pemberian ASI secara ekslusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi sampai empat bulan setelah kelahiran karena isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi/pematangan telur sehingga menunda kesuburan.
h) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian keganasan kanker atau karsinoma payudara dan ovarium / kandung telur.
2.1.3 Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih besar dibandingkan yang lain. Dari segi fisiologi, kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiolgi, menurut Patricia (2006 : 238).
1. Hormon prolaktin, yang berasal dari kelenjar pituitari anterior awalnya berperan untuk proses produksi air susu.
2. Oksitosin dari kelenjar pituitari posterior, berperan dalam reflek keluarnya ASI, yang mencetuskan keluarnya aliran susu.
3. Refleks pengeluaran distrimulasi oleh isapan bayi, tetapi juga dapat distrimulasi oleh keberadaan bayi itu sendiri atau saat ibu menangis, atau bahkan memikirkan tentang bayi.
4. Reflek pengeluaran dapat terhambat karena kepercayaan ibu yang kurang, merasa takut atau rasa malu atau ketidak nyamanan fisik.
5. Produksi air susu berdasarkan aturan pengeluaran dan permintaan. Penghambatan yang berulang dari reflek pengeluaran atau kegagalan untuk mengosongkan mammae dengan komplet dan sering, dapat menurunkan pengeluaran susu.
2.1.4 Cara Menyusui yang Benar
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamananm bayi menghisap air susu. Oleh karena itu, usahakan agar ibu dapat menyusui dengan baik dan benar. Perhatikan hal-hal berikut ini agar tujuan tersebut tercapai. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 43) cara menyusu yang benar :
1. Usahakan posisi ibu dan bayi cukup nyaman saat menyusui, baik dalam posisi duduk yang ditopang dengan bantal atau berbaring.
2. Peluk dan letakkan kepala bayi pada siku tangan ibu sehingga menopang bokong seperti berikut ini:
a) Letakkan bayi menghadap ibu sehingga telinga dan lengannya berada pada satu garis lurus. Selanjutnya, lekatkan menghadap payudara sehingga dagu bayi menyentuh payudara.
b) Sangga bawah / dasar payudara dengan jari-jari, jangan terlalu dekat pada putting, melainkan diluar areola dan tidak menjepit putting susu dengan dua jari.
c) Bayi akan meraih payudara jika lapar. Rangsang mulut bayi pada bagian areola sehingga menimbulkan reflek bayi untuk mencari putting. Mulut akan terbuka lebar dan bibir bawah menjulur. Selanjutnya, segera lekatkan sehingga lidah mencekap putting dan areola payudara.
d) Pipi bayi akan kelihatan bulat karena sebagian areola berada dalam mulut bayi dan areola yang tersisa berada diatas mulut bayi.
e) Terlihat isapan lambat dan dalam disertai gerakan menelan yang teratur
f) Bayi tetap melekat pada payudara dengan tenang dan rasa aman sambil merangkul dengan yakin karena perhatian dan sentuhan ibu yang penuh kasih.
g) Jika ASI yang keluar tampak menetes, susukan bayi selama 10-15 menit/sesuai kebutuhan pada satu payudara sampai terasa kosong. Selanjutnya, pindahkan pada payudara lain dan susukan selam 15-20 menit karena biasanya isapan sudah kurang kuat jika mulai kenyang.
3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusui agar terhindar dari berbagai masalah:
a) Periksa sedini mungkin seandainya ada keluhan yang berkaitan dengan kondisi payudara.
b) Rawatlah payudara sedini mungkin dengan baik. Pakailah pemakaian BH yang tepat. Lakukan latihan otot-otot tubuh yang berfungsi menopang payudara serta memperhatikan kebersihan payudara, khususnya daerah putting dan areola.
c) Perhatikan nutrisi atau zat gizi yang dikonsumsi agar ASI bermutu baik
d) Hindari merokok dan asap rokok.Tidak minum-minuman beralkohol serta kurangi minum kopi, the dan minuman yang mengandung soda.
e) Perhatikan agar pemakaian obat-obatan untuk ibu menyusui hendaknya atas sepengetahuan dokter karena obat-obat tersebut juga akan terdapat dalam ASI.
2.1.5 Faktor-faktor yang menghambat pemberian ASI
1. Faktor dari ibu
Selama masa menyusui, ada kalanya timbul masalah yang dialami oleh seorang ibu. Masalah ini dapat mengganggu keberhasilan dalam menyusui. Menurut Mellyana Huliana (2003 : 47) faktor yang menghambat pemberian ASI :
1) Putting datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa putting, putting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dicekap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerja sama yang baik antara ibu dan bayi, ibu akan mengatasi masalah ini.
2) Putting susu lecet
Keadaan ini terjadi dalam minggu pertama setelah bayi lakir untuk mencegah putting nyeri atau lecet, perhatikan hal-hal berikut:
a) Oles puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sudah menyususi.
b) Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat.
c) Jangan membersihkan putting susu dan daerah areola dengan sabun,alkohol.
d) Posisi menyususi hendaknya bervariasi, jika posisi menyusui selalu sama dapat membuat trauma yang terus menerus ditempat yang sama.
e) Lepaskan isapan bayi setelah selesai menyusui dengan cara menekan dagu bayi sampai lepas dari payudara.
Cara mengatasi puting susu lecet:
a) Jika rasa nyeri dan luka tidak terlalu berat, ibu dapat terus menyususi dengan memulai pada daerah yang tidak nyeri terlebih dahulu. Oles putting susu dengan es beberapa saat, lakukan proses menyususi sampai ASI mengalir keluar sehingga rasa perih berkurang.
b) Jika rasa nyeri berlangsung hebat atau luka makin berat, putting susu yang sakit dapat diisyaratkan selam 24 jam.
3) Payudara bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, bayi menyusui secara terjadwal, bayi tidak menyusui dengan kuat posisi menyusui yang salah atau puting susu datar atau terbenam. Cara mengatasinya:
Kompres payudara dengan handuk hangat, lalu masase kearah putting hingga payudara teraba lebih lemas dan ASI dapat keluar melalui putting.
Susukan bayi tanpa jadwal sampai payudar kosong
Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan kesamping, kebawah dengan sedikit tekanan keatas dan lepaskan dengan tiba-tiba.
Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar payuara menjadi lunak dan putting susu menonjol keluar
Susukan bayi lebih sering, demikian juga pada malam hari,meskipun bayi harus dibangunkan.
4) Saluran Susu tersumbat
Keadaan ini timbul akibat tekanan jari pada waktu menyusui,pemakaian penyokong payudar yang terlalu ketat atau adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Payudar dapat dikompres dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
5) Mastitis dan Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Suhu tubuh ibu meningkat, kadang-kadang disertai menggigil. Biasanya kejadian ini terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. Cara mengatasinya: dengan berkonsultasi pada dokter untuk mendapatkan terapi antibiotik dan obat penghilang rasa sakit
Mastitis yang terlambat diobati dapat berlanjut menjadi abses, ibu tampak kesakitaan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Untuk mengatasinya ibu harus segera kedokter, sementara itu ibu berhenti menyususi pada payudara yang mengalami abses tersebut dan bayi dapat terus menyusui pada payudara yang sehat.
6) Sindrom ASI kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak cukup untuk kebutuhan bayinya. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan oleh ibu yang mengalami sindrom kurang ASI:
Payudara kecil, padahal ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu memproduksi ASI. Besar kecilnya payudara ditentukan oleh jaringat ikat dan jaringan lemak.
Kekentalan ASI tampak berubah,sebenernya kekentalan ASI bisa berubah-ubah tergantung kebutuhan bayi.
Payudara tampak mengecil, lembek dan ASI tidak menetes lagi .
Bayi sering menangis diduga kekurangan ASI. Sebenarnya, banyak penyebab bayi menangis.
Bayi lebih sering minta disusukan. Sebenarnya saat menyusui bayi juga mendapatkan belaian, kehangatan dan kasih sayang, tidak sekedar minum.
2 Faktor bayi
1) Bayi bingung putting
Keadaan bayi yang mengalami nipple confusion karena diberi susu formula dalm botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Ibu yang menyusui bayinya dengan botol dan dot beralasan produk ASI-nya berkurang atau ibu sakit. Berikut tanda-tanda bingung puting :
Bayi mengisap puting seperti menghisap botol
Waktu menyusu, cara mengisapnya terputus-putus
Bayi menolak menyusu pada ibu
Untuk mencegah bingung puting lakukan langkah-langkah :
Usahakan agar bayi menyusu pada ibu
Lakukan cara menyusui yang benar
Lakukan proses menyusui yang sering
2) Bayi sering menangis
Menangis merupakan cara bayi berkomunikasi sehingga jika seorang bayi menangis pasti ada sebabnya. Mungkin karena lapar, takut, kasepian, bosan, popok basah, atau sakit. Jika kondisi ini terjadi, segera ambil tindakan yang tepat. Delapan puluh persen dari penyebab tersebut dapat ditanggulangi dangan cara menyusui bayi dengan teknik yang benar sampai tangis bayi dapat dihentikan.
3) Bayi enggan menyusu
Bayi perlu dapat perhatian khusus jika ia enggan menyusu : terutama jika bayi muntah, diare, mangantuk, kuning dan kejang-kejang. Berikut ini beberapa penyebab bayi enggan menyusu :
Hidung tertutup lendir / ingus karena pilek sehingga sulit untuk menghisap, bernafas.
Bayi dengan sariawan sehingga nyeri untuk menghisap.
Terlambat dimulainya menyusu.
Bayi ditinggalkan lama karena ibu sakit atau bekerja.
Berikut beberapa penanggulangan yang dapat dilakukan pada bayi yang enggan menyusu :
Apabila bayi pilek, ibu ajarkan cara membersihkan lubang hidung.
Berikan pengobatan jika mulut bayi sariawan.
Berikan kesempatan pada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih mengenal sifat atau ciri bayinya.
Lakukan teknik menyusui yang benar.
4) Ikterus ada neonatus
Pada ikterus, kulit bewarna kekuningan sampai kuning tergantung pada kadar bilirubinnya. Ikterus pada neonatus bersifat fisiologi dan patologis. Ikterus fisiologis tidak berbaya bagi bayi. Biasanya terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah kelahiran. Keadaan tersebut dapat membaik saat berusia kira-kira 7-10 hari. Pada keadaan ini, bayi mengalami kekuningan yang disebabkan pada minggu terakhirmasa kehamilan janin mambentuk eritrosit akstra banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigan. Setelah bayi lahir, bayi dapat menghirup udara dengan bebas sehingga kebutuhan oksigen dapat dipenuhi. Sementara eritrosit yang berlebihan rusak.Kekuningan yang terjadi pada bayi ini dapat disebabkan oleh kerusakan mendadak yang berlebihan dari eritrosit atau bisa juga karena hepar bayi belum dapat berfungsi normal. Ikterus patologi terjadi apda 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat terjadi karena suatu infeksi atau terkena intoksikasi obat, misalnya preparat sulfa yang diberikan pada ibu.
2.2 KONSEP PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penerimaan rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2003 : 3).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003 128) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
Tahu (Know), adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk diantaranya mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Memahami (Comprehention), adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Aplikasi (Aplication), adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Analisa (Analisys), adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi tersebut.
Sintesis (Synthesis), adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Evaluasi (Evaluation), adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2.2.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005 : 10) cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional atau kuno ini dipakai orang untuk me peroleh kebenaran m pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
a) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradapan. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka akan dicoba dengan kemungkinan yang lain.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktifitas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah sudah benar.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berfikir kritis dan logis.
d) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi ataupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada umum. Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang umum kepada khusus.
Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih popular disebut metode penelitian. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek penelitian.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003: 24) ada enam faktor yang mempengaruhi diperolehnya pengetahuan yaitu :
Usia.
Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat, juga dari pengalaman sendiri.
Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap pengetahuan. Seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuan akan berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan rendah.
Intelegensia.
Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah dimana seseorang dapat bertindak cepat, tepat dan mudah dalam mengambil keputusan.
Pekerjaan.
Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas dari pada seseorang yang tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak mempunyai informasi dan pengalaman.
Pengalaman.
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak maka pengetahuannya akan lebih luas pula.
6. Penyuluhan.
Meningkatkan pengetahuan juga dapat melalui metode penyuluhan. Dengan pengetahuan yang bertambah seseorang akan dapat mengubah perilakunya.
7. Media massa
Dengan masuknya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang inovasi baru.
8. Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Selain itu seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1997) bahwa kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia.
2.2.5 Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (1998 : 54 ) bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan skoring yaitu :
1. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76 – 100%.
2. Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56 – 75%.
3. Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40 – 55%.
4. Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.
KONSEP SIKAP
2.3.1 Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2003 : 130)
Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun, 1999 : 218)
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang obyek tadi. (Purwanto, 1999 : 62)
2.3.2 Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003 : 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap.
Menurut Syaifudin Azwar (2003 : 112) sikap seseorang dipengaruhi oleh :
Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Apakah penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap yang positif ataukah sikap negatif, akan bergantung pada berbagai faktor lain. Sehubungan dengan hal ini, Middlebook (1974 dalam Azwar, 2003) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.
Pengaruh orang yang dianggap penting
Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Orang yang biasanya dianggap penting oleh individu, diantaranya adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain-lain.
Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar dalam kehidupan heterososial, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka akan sangat mungkin kita mempunyai sikap yang negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. Menurut Burrhus Frederic Skinner, kepribadian tidak lain merupakan pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang kita alami (Hergenhahn, 1982; yang dikutip Azwar, 2003). Artinya kita memiliki sikap dan perilaku tertentu dikarenakan kita mendapat reinforcement (penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bahkan untuk sikap dan perilaku yang lain. Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompoknya. Hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individu.
Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga-lembaga ini sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu, pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
Pengaruh Faktor emosional
Tidak sama bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang telah persisten dan tahan lama.
Menurut Purwanto (1999 : 66) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah pertama faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri, seperti selektivitas. Kedua adalah faktor ekstern yang merupakan faktor dari luar manusia yaitu :
1. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap dibentuk.
2.3.4 Pembentukan Sikap
Menurut Purwanto (1999 : 65) sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara :
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
2. Deferensi
Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapat obyek tersebut dapat dibentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi
Pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.
4. Trauma
Adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
2.3.5 Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (1995 :140) pengukuran sikap model likert:
Sikap likert dikenal dengan Summated rating methode. Dalam menciptakan alat ukur linert juga menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan 5 alternatif jawaban atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan tersebut. Subyek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari 5 alternatif jawaban yang dikemukakan oleh linkert :
Sangat setuju (strangly approve)
Setuju (approve)
Tidak mempunyai standart (undecide)
Tidak setuju (disapprove)
Sangat tidak setuju (strangly disapprove)
Nilai untuk masing-masing pernyataan dan seseorang sangat setuju terhadap pernyataan tersebut maka orang yang bersangkutan memperoleh skore 5. Sebaliknya bila sesuatu pernyataan bersifat negatif dan orang yang bersangkutan sangat tidak setuju maka orang tersebut akan memperoleh skore 1. Jumlah nilai yang dicapai oleh seseorang merupakan indikasi bahwa seseorang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap demikian sebaliknya. Prosedur perskalaan (scaling) yaitu penentuan pemberian angka atau skore yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskala terhadap pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
Skore individu pada skala sikap yang merupakan skore sikapnya adalah jumlah skore dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala Kemudian rata – rata (mean) kelompok dan deviasi standart kelompok untuk menguji positif atau negatif salah satu standart yang bisa digunakan untuk menginterpretasi skala model likert adalah skore T yaitu:
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya
Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2 Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial yakni subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption yakni subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku itu didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003 : 128).
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah ibu yang menyusui dilihat dari tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dengan kriteria baik, cukup baik, kurang baik maupun tidak baik, sikap ibu dalam menyusui bayinya dapat diketahui sikap positif dan negatif. Kemudian diteliti adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan desain analisis korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional survey yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005 : 26). Pada penelitian ini menganalisa antara hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
Hipotesa
Ada Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar.
Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi
Populasi menurut Notoatmodjo (2005 : 79) adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang berkunjung di Bidan Praktek Swasta Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis berjumlah 45 orang pada bulan September 2006.
3.4.2 Sampel
Sampel menurut Notoatmodjo (2005 : 80) adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini sampelnya adalah total populasi yaitu seluruh ibu menyusui yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang datang di Bidan Praktek Swasta Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis selama penelitian pada bulan September 2006 berjumlah 45 orang.
s3.4.2 Sampling
Sampling menurut Arikunto (2001 : 104) adalah suatu proses dalam menyeleksi populasi untuk dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini menggunakan Accidental sampling.
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Ibu menyusui yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan.
Ibu yang bisa membaca dan menulis.
Ibu menyusui yang bersedia menjadi responden.
Kriteria Eksklusi
Ibu Menyusui yang sedang sakit
Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
Ibu yang tidak bisa membaca dan menulis.
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian dan berdasarkan hubungan fungsional antara variable independent dan variable dependent (Notoadmodjo, 2005 : 70 ).
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah sikap ibu tentang cara menyusui yang benar pada bayi (0-6 bulan).
Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi oleh orang lain ( Nursalam, 2003 : 106 )
Tabel Definisi Operasional
NO
VARIABEL
DEFINISI
OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
Pengetahuan
Kemampuan ibu dalam menjawab butir-butir pertanyaan dalam kuisioner yang meliputi : pengertian, waktu pemberian ASI, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan,cara menyusui, posisi dalam menyusui.
Kuesioner dalam bentuk multiple choice
Ordinal
baik (76%-100%) cukup (56-75%) kurang (40-55%) tidak baik (40%).
NO
VARIABEL
DEFINISI OPERASIONAL
ALAT UKUR
SKALA
KRITERIA
2.
Sikap
Respon ibu tentang cara menyusui yang benar yang diungkapkan dengan persetujuan dalam pernyataan-pernyataan yang ada di kuesioner.
Kuesioner dalam bentuk skala sikap
Nominal
- Favorable atau relative positif. bila T > mean T
- Unfavorable atau relative negative bila T < mean T.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Bidan Praktek Swasta Ny. Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 13-20 September 2006.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder yaitu :
3.9.1 Data Primer
Peneliti memberikan surat izin pengambilan data dari kampus kepada bidan Anik Basuki, setelah mendapat persetujuan dari bidan Anik Basuki dilakukan pengambilan data pada tiap sampel dengan teknik sampling yang telah ditentukan Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan kuisioner pada responden ibu menyusui, selama pengambilan data peneliti mendampingi ibu untuk mengisi kuisioner yang telah diberikan. Peneliti mengambil data 5 kali untuk mencapai sampel, setiap kali mengambil data peniliti memperoleh 9 responden. Kemudian peneliti mengecek kembali kelengkapan kuesioner yang telah terkumpul, dan melakukan pengolahan data.
3.9.2 Data Sekunder
Data diperoleh dari register di Bidan Praktek Swasta Ny, Anik Basuki yaitu data ibu menyusui pada periode 13 – 20 oktober 2006.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Karena kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti, maka sebelum digunakan untuk pengambilan data dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument.
Teknik Pengolahan Data atau Analisa Data
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengelolahan data yaitu dengan cara
3.11.1 Editing : Memeriksa kembali data yang telah terkumpul melalui kuesioner dan memastikan semua jawaban responden terisi sesuai pertanyaan. Jika terdapat kuisioner yang belum dapat terisi atau tidak sesuai dengan petunjuk atau antara pernyataan jawaban tidak sesuai maka responden dipersilahkan untuk mengisi kembali kuesioner yang masih kosong.
3.11.2 Koding : Setelah semua data pada kuisioner pengetahuan terkumpul, peneliti memberi tanda pada jawaban benar diberi nilai 1 dan jika jawaban salah diberi nilai 0.
Sedangkan pada kuisioner sikap, peneliti memberi nilai sebagai berikut:
Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable
STS : 1 STS : 5
TS : 2 TS : 4
RR : 3 RR : 3
S : 4 S : 2
SS : 5 SS : 1
3.11.3 Transfering : Memindahkan data yang sudah diisi oleh responden kedalam master sheet dalam tabel yang telah ditentukan.
3.11.4 Tabulating : Memasukkan data dalam tabel distribusi frekuensi yang disajikan dalam persentase,kemudian menghitung pengetahuan dengan menggunakan rumus :
P =
Keterangan :
P : prosentase hasil
n : skor yang didapat
N : jumlah skor yang maksimal
Untuk mengukur sikap digunakan perhitungan tingkat sikap dengan rumus dibawah ini :
Keterangan :
X : skore responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skore T
: mean skore kelompok
S : standart deviasi kelompok
Kesimpulan :
Apabila skor – T lebih besar dari mean kelompok = mempunyai sikap positif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif favorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya.
Apabila skor – T kurang dari mean kelompok = mempunyai sikap negatif dimana subyek mempunyai sikap yang relatif unfavorabel dari sebagian besar responden dalam kelompoknya
3.11.5 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel tertentu menurut sifat dan kategorinya. Analisis secara diskriptif dilakukan dengan melihat persentase dan tabulasi silang antara variabel yang berhubungan. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap remaja tentang aborsi menggunakan rumus Chi-Square. Diolah dengan program SPSS for Windows versi 10.
3.12 Etika Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2006. Peneliti datang ketempat pengambilan data dan mengambil responden sebanyak 45 orang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada pihak Bidan Anik Basuki melalui surat permohonan dari institusi untuk mendapatkan persetujuan. Setelah syarat-syarat administratif tersebut telah terpenuhi, peneliti baru melaksanakn penelitian. Peneliti akan menjaga kerahasiaan responden dan tidak akan membukanya kepada orang lain. Dalam pengambilan data ini, data diambil secara nyata dan tidak mengada-ada dan ditulis secara jujur sesuai dengan data yang terdapat di Bidan Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang dilaksanakan pada 13- 20 September 2006 pada 45 responden. Hasil penelitian ini akan dibagi dalam 2 bagian, yaitu 1) data umum dan 2) data khusus.
Data umum akan menampilkan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Data khusus meliputi hasil penelitian yang dimasukka dalam distribusi frekuensi dan interpretasi data antara variabel independen dengan dependen untuk mengetahui hubungan antara variabel.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Data Umum
a) Umur Responden
Data mengenai usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Usia
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
20 – 28
29 – 37
38 – 46
19
14
12
42,2
31,1
26,7
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden berusia antara 20 – 28 tahun, yaitu sebanyak 19 responden (42,2%)
b) Pendidikan
Data mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Pendidikan
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
SD
SMP
SMA
19
15
11
42,2
33,3
24,4
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai latar belakang pendidikan SD yaitu 19 orang (42,2%).
c) Pekerjaan
Data mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Lama Menjadi Kader
Frekuensi
Prosentase
1
2
3.
4
Ibu Rumah Tangga
Tani
Wiraswasta
Buruh
17
14
8
6
37,8
31,1
17,8
13,3
Total
45
100
Interpretasi Data :
Sebagian besar ibu menyusui yang menjadi responden mempunyai pekerjaan Ibu Rumah Tangga yaitu 17 orang ( 37,8 % ).
4.1.2 Data Khusus
a) Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data hasil penelitian memuat data yang mengandung variabel-variabel penelitian yang meliputi data pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Cara Menyusui yang Benar Di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
3
4
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
17
13
0
33,3
37,8
28,9
0
Total
45
100
Interpretasi Data
Sebagian besar menunjukkan responden memiliki pengetahuan cukup baik sebanyak 17 responden (37,8%). Dari hasil penelitian tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik tentang cara menyusui yang benar.
b) Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
No
Kategori
Frekuensi
Prosentase
1
2
Positif
Negatif
25
20
55,6
44,4
Total
45
100
Interpretasi Data
Dari tabel 4.5 diatas tampak bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar sebanyak 25 responden (55,6%).
c) Hubungan pengetahuan dengan Sikap Ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang
Data mengenai hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang dapat dilihat pada tabel 4.6 :
Tabel 4.6 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
Pengetahuan
Sikap
Total
Positif
Negatif
f
%
f
%
f
%
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
15
10
0
0
8,3
9,4
0
0
0
7
13
0
6,7
7,6
5,8
0
15
17
13
0
15
17
13
0
Total
25
25
20
20
45
45
Interpretasi Data :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif yaitu 15 responden (8,3%).
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Chi-Square Test Dengan Menggunakan SPSS Versi 10 For Windows pada Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Tahun 2006
Value
df
Asymp-Sig
(2-sided)
Pearson Chi-
Square
28,324a
2
0,000
Dari tabel 4.7 diatas didapatkan x2 hitung = 28,324a, x2 tabel = 5,99 value yang ditemukan 0,000 yang berarti lebih kecil dari = 0,05 maka, H0 ditolak dan H1 diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
4.2. Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian mengenai pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui serta hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui.
4.2.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui
Berdasarkan hasil analisa data, secara umum pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar, responden yang masuk dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 33,3 %, cukup baik sebanyak 37,8 %.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang cara menyusui di Desa Ampeldento yang paling banyak adalah pengetahuan cukup baik 37,8%. Dari kenyataan tersebut menunjukan bahwa ibu menyusui mampu mengingat, menyebutkan, memahami dan menjelaskan materi tentang cara menyusui yang benar yang meliputi pengertian, waktu pemberian, jenis ASI, warna kolostrum, manfaat, keuntungan, cara menyusui. Dalam hal ini ibu menyusui yang berpengetahuan cukup baik lebih mendominasi dikarenakan 37,8 % responden berusia 20 - 28 tahun. Faktor usia inilah yang mempengaruhi pengetahuan ibu menyusui seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2003 : 24) yaitu dengan bertambahnya usia seseorang, maka pemikirannya akan semakin berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapat.
Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah sosial budaya. Seperti yang dikemukakan oleh Notoadmodjo bahwa kebudayaan berpindah dari setiap generasi manusia. Artinya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh dari generasi sebelumnya salah satunya orang tua. Dalam hal ini pendidikan yang dimiliki oleh orang tua sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu menyusui karena semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimiliki orang tua sehingga pengetahuan yang dapat ditularkan kepada generasi selanjutnya juga semakin banyak.
Akan tetapi pada kenyataanya masih ada remaja yang memiliki pengetahuan kurang baik yaitu 28,9%. Hal ini dikarenakan 28,9% sebagian besar 42,2% ibu-ibu berpendidikan SD dan hanya sebagian kecil saja yang berpendidikan SMA yaitu 24,4% hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003 : 24) yaitu dengan pendidikan yang ditempuh maka tingkat pengetahuan seseorang akan bertambah, sedangkan orang yang memiliki pendidikan rendah pengetahuannya tidak sebaik yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Sikap ibu tentang cara menyusui
Data mengenai sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang didapatkan bahwa ibu yang memiliki sikap positif tentang cara menyusui yang benar adalah 55,6% sedangkan yang mempunyai sikap negatif adalah 44,4%. Sebagian besar ibu-ibu memiliki sikap yang positif dibuktikan dengan kemampuan menjawab pertanyaan favorable tentang cara menyusui yang benar dan waktu menyusui yang tepat bagi bayi.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bertindak atau menerapkan konsep teori yang didapat pada kondisi yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan teori menurut Purwanto (1999 : 66) bahwa attitude diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek tadi.
Akan tetapi ibu menyusui yang bersikap negatif juga masih besar yaitu 44,4 %, dikarenakan faktor yang mempengaruhi sikap negatif pada umumnya dikarenakan adanya perubahan sikap ibu menyusui yang terjadi perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya pengetahuan dan informasi yang didapatkan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Azwar (2003 : 112) bahwa faktor yang mempengaruhi sikap salah satunya pengalaman pribadi apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan obyek psikologis. Sehubungan dengan hal itu mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut. Karena sebagian besar ibu berusia 20 – 28 tahun sebanyak 42,2%.
4.2.3 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap ibu tentang cara menyusui
Pada hasil analisa data hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar dengan menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai signifikan 0,001, dimana angka ini kurang dari batas signifikan yaitu α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di Desa Ampeldento.
Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar ini dibuktikan dengan ibu menyusui yang mempunyai kriteria baik dan cukup baik cenderung lebih mempunyai sikap yang positif dibanding sikap negatif (tabel 4.6). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu menyusui dengan kriteria baik dan cukup baik akan mempengaruhi sikap mereka yang cenderung lebih positif tentang cara menyusui yang benar.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003 : 24) bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, oleh karena itu sangat penting untuk memberikan penyuluhan ataupun konseling sehingga dengan pengetahuan yang cukup ataupun kurang tersebut. Selain itu sikap juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar, 2003 : 112).
4.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih banyak keterbatasan baik yang berasal dari peneliti sendiri maupun yang dikarenakan oleh hal lain seperti keterbatasan waktu penelitian. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah :
Alat ukur
Belum ada alat ukur yang terstandart sehingga penelitian ini masih menggunakan alat ukur sendiri. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang hanya diuji satu kali, karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya lebih dari satu kali pengujian.
Jumlah sampel
Penelitian mengambil sampel di BPS Ny. Anik Basuki di Desa Apeldento sebanyak 45 ibu menyusui. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya sampel yang diambil diharapkan lebih banyak lagi, karena semakin banyak sampel maka hasil penelitian akan lebih baik lagi.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data tentang pengetahuan dan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar di desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
5.1.1 Pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar adalah cukup baik
5.1.2 Sikap ibu tentang cara menyusui yang benar adalah positif.
5.1.3 Dari hasil hubungan pengetahuan dengan sikap didapatkan hasil sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik dan memiliki sikap positif, tidak ada responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yang memiliki sikap positif dan negatif. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji korelasi Chi Square pada penelitian hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar didapatkan X2hitung lebih besar dari X2tabel yang berarti bahwa H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang cara menyusui yang benar.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
Hendaknya dapat memberikan informasi yang berkelanjutan kepada ibu –ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar. Informasi dapat diberikan melalui penyampaian materi pada saat ada pertemuan PKK ataupun kesempatan lain yang memungkinkan.
5.2.2 Bagi Peneliti yang lain
Peneliti lain yang tertarik dengan pokok bahasan ini diberikan kesempatan untuk lebih mengembangkan hasil penelitian ini yaitu hubungan pengetahuan dengan sikap ibu tentang cara menyusui yang benar.
5.2.3 Bagi profesi kebidanan
Dari hasil ini supaya dapat dijadikan masukan untuk seluruh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar dalam hal meningkatkan mutu kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan ke 12. Edisi Revisi V. Jakarta, Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (1998). Perilaku Manusia Untuk Keperawatn. Jakarta, EGC.
Depkes RI. (1998). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta, Direktorat Bina kesehatan Kesehatan.
Huliana, Mellyana. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta , Puspa Swara.
Ladewig, Patricia. (2006). Asuhan Keperawatan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta , EGC.
Lee, Kerrie. (2006). Segala Suatu Tentang Payudara. Jakarta, Arcan.
Purwanto, Heri. (1999). Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta, EGC.
Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
Nursalam. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Penelitian. Jakarta, CV Sagung Seto.
Soetiningsih . (1997). ASI Petunjuk Untuk Tenaga Keshatan. Jakarta, EGC.
Verralls, Sylvia. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan Edisi 3. Jakarta, EGC.
Widayatun, Tri Rusmi.. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta, CV Sagung Seto.
WWW. By Pusat Data Dan Informasi @ Departemen kesehatan 2005. Com
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
Malang Oktober 2006
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini saya selaku Bidan Anik Basuki menyatakan bahwa mahasiswa Akbid Widyagama Husada Malang :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Judul : Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
Diizinkan untuk mengambil data pada bulan September 2006 BPS Ny Anik Basuki Desa Ampeldento Kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
Demikian surat keterangan kami buat dengan sebenar-benarnya.
Bidan Pimpinan
BPS Ny. Anik Basuki
Lampiran 4
Lembar Persetujuan Menjadi Responden
( Informed Consent )
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat informasi tetang tujuan dan manfaat penelitian ini, maka saya bersedia/ tidak bersedia *).
Untuk berperan serta sebagai responden.
Apabila sesuatu hal yang merugikan diri saya akibat penelitian ini, maka saya akan bertanggung jawab atas pilihan saya sendiri dan tidak akan menuntut dikemudian hari.
Malang,
Yang bersangkutan
(Responden)
Ket :
*) Coret yang tidak perlu
Lampiran 3
SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Anik Sri Mulyani
Nim : 0302.05
Mahasiswa Akademi Kebidanan Widya Gama Husada Malang
Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar “
Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dengan mengisi kuisioner yang akan kami berikan cara memilih salah satu pertanyaan yang benar dan jawaban dari ibu-ibu akan kami jaga kerahasiaanya.
Atas kesediaan dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.
Demikian permohonan ini kami buat, atas parhatiannya dan kesediaanya kami sampaikan terima kasih.
Hormat Saya
(Anik Sri Mulyani )
Lampiran 5
KISI-KISI
KUISIONER PENELITIAN
NO
VARIABEL
KONSEP/KATEGORI
NO. ITEM
1
Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
2. Waktu Pemberian
3. Jenis ASI
4. Warna Kolostrum
5. Manfaat
6. Keuntungan
7. Cara menyusui
8. Posisi dalam menyusui
9. Cara mengatasi
permasalahan
1, 2
3, 6, 7, 11
4
5
8, 10
9
13, 16
14
18
2.
Sikap
Favorable
Unfavorable
1, 2, 4, 7, 8, 9
3, 5, 6, 10
Lampiran 7
KUNCI JAWABAN KUISIONER
TINGKAT PENGETAHUAN
Kuisioner B
No Soal
Kunci Jawaban
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
A
A
A
A
B
A
A
A
B
A
A
A
A
A
C
Lampiran 6
Kuisioner Penelitian
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Dengan Sikap Ibu Tentang Cara Menyusui Yang Benar
DATA UMUM
Kode Responden :
Nama Ibu :
Umur : Tahun
Alamat :
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah Tamat SMP
Tidak tamat SD Tamat SMA
Tamat SD Perguruan Tinggi
Pekerjaan Ibu
IRT PNS
Petani/Buruh Lain-lain
Wiraswasta
Pilihlah jawaban yang benar dari pertanyaan dibawah ini :
PENGETAHUAN
Kepanjangan dari ASI adalah
Air Susu Ibu
Air yang keluar dari payudara
Tidak tahu
Apa yang dimaksud dengan ASI
Makanan paling baik bagi bayi
ASI untuk pertumbuhan bayi
ASI meningkatkan kecerdasan
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan pada bayi usia
0-6 bulan
4 bulan saja
> 6 bulan
ASI yang pertama kali keluar disebut
Kolostrum
ASI basi
Kotoran
Warna dari kolostrum adalah
Putih
Kuning-kekuningan
Merah
ASI diberikan pada waktu
Segera setelah lahir
2 jam setelah bayi lahir
3 jam setelah bayi lahir
ASI diberikan setiap
2 jam sekali
3 jam sekali
4 jam sekali
Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif terhadap bayi
ASI sebagai nutrisi dan meningkatkan kecerdasan
Makanan Tambahan
Menghindari bayi dari kegemukan
Kelebihan ASI dibanding susu lain
Suhunya cocok untuk bayi
Mengandung gizi yang tinggi
Menambah berat badan bayi
Apakah Manfaat dari kolostrum
Untuk kekebalan pada bayi
Menjaga keseimbangan tubuh bayi
Menambah berat badan bayi
Bila bayi tertidur, pada jadwal pemberian ASI maka ibu
Membangunkan bayi
Membiarkan
Bayi disusui jika bangun
Cara menyusui bayi yaitu dengan
Memberikan ASI secara bergantian payudara kanan dan kiri
Kanan saja
Kiri saja
Posisi menyusui yang benar adalah
Dengan setengah duduk bayi dipangku
Tidur
Berdiri
Untuk mencegah lecet dan nyeri sebaiknya tindakan kita:
Oles putting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah menyusui
Menggunakan BH yang terlalu ketat
Putting dibersihkan dengan sabun
Berapa lama ASI disusukan :
10 – 15 menit
5 – 10 menit
10 – 15 menit atau sesuai kebutuhan pada payudara
Kuisioner C
Petunjuk Menjawab
Baca pertanyaan dengan benar dan teliti
Berilah tanda ( √ ) pada kolom disebelah kanan pertanyaan yang sesuai dengan pendapat anda
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu – Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Pernyataan
SS
S
RR
TS
STS
Menyusui dilakukan setiap 2 jam sekali.
Segera setelah lahi, bayi langsung disusui.
Cara menyusui yang benar adalah dengan posisi tidur.
Menyusui bayi dengan cara bergantian payudara kanan dan kiri.
Setelah menyusui bayi terus menangis, ibu memberikan makanan tambahan.
Jika putting susu sakit pada saat menyusui maka ibu tidak akan menyusui bayinya lagi.
Jika bayi diare maka pemberian ASI diteruskan.
Ibu selalu membersihkan payudara jika akan disusui dan setelah menyusui
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
Cara membersihkan payudara yaitu dengan sabun setiap kali mandi.
Label:
Kesehatan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
Mohon jangan meninggalkan SPAM dan link-link yang negatif!!
Untuk Artikel yang berumur lebih dari 20 hari akan dimoderasi oleh Admin.